Jumat, 07 September 2012

JOGJANGLER HAMPALA CATCH AND RELEASE EXHIBITION I 2010-2011


Pemenang Jogjangler Hampala Catch And Release Exhibition berfoto bersama panitia

Pemenang Kategori Terbanyak berfoto dengan ketua Jogjangler Agus Kenzo

Pemenang Kategori Terberat berfoto dengan ketua Panitia Dino Jogjangler
(Sebuah catatan kecil dari Turnament Catch and Release Hampala di Jogjakarta)
Tulisan ini didedikasikan pula untuk sahabat kita supporting tim X Code Lure - Eka Dwipayana alm.

Catatan : Turnament Catch And Release Hampala  ini sekarang sudah memasuki penyelenggaraan yang ketiga, sekarang dikoordinir oleh Hampala Catch And Release Club - Sebuah grup di media sosial Facebook, tulisan sederhana ini hanyalah catatan kecil pada penyelenggaraan yang pertama kali. Terimakasih.

I
I
I

Ikan hampala (Hampala Macrolepidota) sebagai predator alami sungai-sungai di Indonesia merupakan target favorit para mania mancing di Indonesia ini terutama yang mengaplikasikan teknik lure casting. Sambaran dan tarikan ikan hampala merupakan sensasi tersendiri bagi pemancing lure casting ini.

Beberapa tempat di Indonesia seperti Kalimantan masih sangat potensial dengan keberadaan ikan hampala ini namun di beberapa daerah lain seperti di Pulau jawa, khususnya di sungai-sungai  kota besar bisa dikatakan sangat kurang potensinya.

Mensikapi hal ini, Jogjangler, sebuah komunitas mancing di Yogyakarta berupaya untuk ikut menjaga kelestarian ikan hampala di beberapa sungai di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dengan penerapan Catch And release (CnR), dengan CnR ini minimal para pemancing casting tidak mengurangi populasi ikan hampala karena melepas kembali tangkapannya. Untuk menarik minat para pemancing casting menerapkan CnR, Jogjangler mengadakan turnamen kecil bertajuk Jogjangler Hampala Catch And Release Exhibition I 2010-2011.

Perkembangan dunia memancing fresh water di Yogyakarta dengan mengaplikasikan lure casting mengalami kemajuan pada pertengahan 2009, setelah beberapa pemancing mencoba mengaplikasikan teknik lure casting ini dan berhasil, banyak pemancing lain yang ikut mencobanya. Dari perkembangan jumlah pemancing casting bisa dikatakan menggembirakan, namun jika setiap hasil tangkapan dibawa pulang dikawatirkan keberadaan hampala semakin berkurang karena kadang masih juga terjadi illegal fishing dengan strom dan racun di sungai-sungai di Yogyakarta.

Dari pemikiran ini, beberapa pemancing dari Komunitas Jogjangler yang sudah menyadari betapa pentingnya kelestarian ikan hampala berkumpul dan mencoba menggagas satu langkah kecil yakni menggelar sebuah turnamen catch and release kecil-kecilan bertajuk Jogjangler Hampala Catch And Release Exhibition I 2010-2011.

Salah satu penggagas acara ini adalah yakni Anung Wibowo contributor Majalah Mancing yang berada di Osaka Jepang, beliau secara seksama berdiskusi dengan kawan-kawan Jogjangler melalui jejaring social dan juga email.

Setelah disepakati maka pelaksaan turnamen Jogjangler Hampala Catch And Release pun digelar selama 8 bulan penuh mulai tanggal 1 Oktober 2010-31 Mei 2011.   Untuk menarik pemancing mengikuti turnamen ini panitia menyediakan hadiah yang merupakan hasil sumbangan masing-masing panitia, Juara I mendapatkan  trophy  JA dan sebuah reel spinning, Jauara II mendapatkan Trophy  JA dan sebuah lure retiever dan juara III mendapatkan Trophy JA dan sebuah lure. Dalam turnamen ini dilombakan dua kategori yaitu  kategori terbanyak merelease dan kategori terbesar ikan yang direlease.

Tentu menjadi pertanyaan, bagaimana penilaian lomba Catch dan release hampala ini ? Dalam penjurian, Kemajuan teknologi saat ini  sangat membantu pelaksanaan turnamen ini, panitia mengharuskan peserta turnamen untuk mengunggah video release  ikan hampala melalui jejaring social Facebook pada grup Hampala Catch And Release Club, dari sini panitia  memverifikasi dan memberikan penilaian bahwa ikan berhasil dirilis dengan baik atau tidak.

Beberapa ketentuan yang diberlakukan dalam turnamen catch and Release hampala ini adalah, bahwa lokasi mancing adalah di sungai-sungai, danau atau situ di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, mancing teknik casting dengan artificial lure baik hard lure atau soft lure.

Penilaian Terbanyak CnR
a. Peserta harus mengambil gambar (foto/video) ikan yang tertangkap dengan posisi hook di mulut (di badan tidak diakui)
b. Peserta harus mengambil gambar ikan saat direlease dalam keadaan hidup (biasanya kalau hidup dan segar, ikan akan dalam posisi tegak, tidak miring, apalagi terbalik)
c. Gambar (Foto/Video) harus di up load di group Hampala CnR, dengan menyertakan tanggal dan lokasi mancing (cukup disingkat, untuk menghindari lokasi terbuka dan dikeroyok rame-rame yang meyebabkan over fishing)
d. Lokasi mancing yang secara lengkap harus diberitahukan kepada panitia, untuk memastikan lokasi ada di wilayah turnamen. Panitia bertanggung jawan atas kerahasiaan spot masing-masing peserta.

Penilaian  Terbesar CnR
a. Peserta harus mengambil gambar (foto/video) ikan yang tertangkap dengan posisi hook di mulut (di badan tidak diakui)
b. Peserta harus mengambil gambar ikan bersama meterannnya sedemikian rupa sehingga ukuran ikan bisa terlihat dengan jelas
c. Peserta harus mengambil gambar ikan saat direlease dalam keadaan hidup (biasanya kalau hidup dan segar, ikan akan dalam posisi tegak, tidak miring, apalagi terbalik)
d. Gambar (Foto/Video) harus di up load di group Hampala CnR, dengan menyertakan tanggal dan lokasi mancing (cukup disingkat, untuk menghindari lokasi terbuka dan dikeroyok rame-rame yang meyebabkan over fishing)
e. Lokasi mancing yang secara lengkap harus diberitahukan kepada panitia, untuk memastikan lokasi ada di wilayah turnamen. Panitia bertanggung jawan atas kerahasiaan spot masing-masing peserta.

Setelah selama 8 bulan pelaksanaan, sebanyak 80 ikan hampala berhasil dirilis kembali ke sungai-sungai di Yogyakarta dalam keadaan sehat, terdapat 2 ekor ikan yang tidak masuk penilaian karena ikan pada posisi terbalik (kurang sehat) saat dirilis.

Dari penilaian dewan yuri, didapatkan pemenang sebagai berikut, Kategori Terbanyak CnR : Juara I Ekky Mbamboel dari Magelang dengan 38 kali release, Juara II Arif Novrizal dengan 11 kali release, dan Aloysius Rinaldo Sundah dengan 9 kali release. Untuk Kategori Terberat, Juara I Dipo Surya Putra dengan hampala sepanjang 53 cm, Juara II Rendy Ratmanto dengan hampala sepanjang 45 cm dan Juara III Jojo dengan hampala sepanjang 35 cm.

Dalam lomba ini sebetulnya Rendi Ratmanto juga berpotensi juara pada kategori terbanyak dengan 17 kali release, namun karena telah disepakati pada ketentuan awal bahwa tidak ada juara ganda  maka yang bersangkutan berhak memilih salah satu kejuaraan.

Dan saat yang paling ditunggu oleh para pemenang pun akhirnya tiba yakni penyerahan hadiah, Penyerahan hadiah Jogjangler Hampala Catch And Release Exhibition dilaksanakan bersamaan dengan acara Cafe Waderan Gathering pada hari Minggu 24 Juli 2011, di wilayah Sleman Yogyakarta. Hadiah kategori Terbanyak release diserahkan oleh Ketua Jogjangler Agus Kenzo, dan Hadiah kategori terberat diserahkan oleh ketua Pantia Pelaksana Dino Jogjangler.

Tampak raut wajah bangga dan senang dari para juara setelah mendapatkan hadiah dari turnamen ini, namun bagi mereka ikut menyemarakkan turnamen sekaligus ikut mengkampanyekan gerakan catch and release ini lebih membanggakan.  Begitupun panitia, sangat senang dan bangga acara ini berhasil dengan baik walau dilaksanakan dalam keterbatasan dan sempat timbul kekawatiran akan gagal karena adanya bencana lahar dingin Gunung Merapi yang menerjang sungai di Jogja seperti Sungai Code yang memusnahkan seluruh spesies ikan yang ada termasuk hampala di sungai tersebut.

Penggagas acara ini, Anung Wibowo mengatakan, walau peserta untuk turnamen yang pertama ini masih dibilang minimalis, namun ini sudah menjadi satu langkah kecil yang bagus untuk selalu dipupuk dan diharapkan menjadi sebuah gerakan besar demi kelestarian spesies hampala di Indonesia.

Panitia lain yakni Ketua Pelaksana Dino Jogjangler dan Wahyu Casper, Yuri : Hageng Nugroho, Administratur Baskoro Aloysius, serta supporting Team X Code lure (alm) mengatakan hal yang sama bahwa turnamen ini layak dilanjutkan lagi untuk lebih mensosialisasikan gerakan Catch And Release demi kelestarian ikan dan potensi wisata mancing di Yogyakarta dan sekitarnya. Terimakasih (Hg)


2 komentar:

  1. mas.. nderak tanglet.. spot mancing teng laut.. seng bagus teng pundi njeh..
    untuk wilayah jogja

    BalasHapus